BUDAYA
ORGANISASI
1.
Pengertian
dan fungsi Budaya Organisasi
1.1
Pengertian
Budaya Organisasi
Kreitner
dan Kinicki (1992) mendefinisikan budaya organisasi adalah perekat organisasi
yang mengikat anggota organisasi melalui nilai-nilai yang ditaati,peralatan simbolik,dan
cita-cita sosial yang ingin dicapai.
Pengertian
budaya organisasi adalah sebagai pola
yang terdiri atas kepercayaan dan nilai-nilai yang memberi arti bagi anggora
suatu organisai,serta aturan-aturan bagi anggota untuk berperilaku di
organisasinya. (Moeljono,Djokosantoso.Dr.2005. Budaya Organisasi dalam
Tantangan.Jakarta:Elex Media Komputindo.)
Budaya organisasi adalah Kebiasaan kerja
seluruh manajemen dan karyawan suatu perusahaan yang telah diterima sebagai
standar perilaku kerja, serta membuat mereka terikat secara emosional kepada perusahaan. ( Gea Atosokhi
Antonius dan antonina panca yuni wulandari : 2005)
Berikut
ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli :
a)
Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya
organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh
organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu
sendiri.
Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
b)
Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima
oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang
mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota
organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru
sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah
yang dihadapi.
c)
Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai
organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para
karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya
organisasi dalam penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh
anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku
dari para anggota organisasi. Melihat beberapa pendapat para ahli tentang
budaya organisasi, dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan suatu
nilai-nilai yang dipercayai sehingga menjadi karakteristik yang diberikan
anggota kepada suatu organisasi. Budaya organisasi juga merupakan lingkungan
internal suatu organisasi karena keragaman budaya yang ada dalam suatu
organisasi sama banyaknya dengan jumlah individu yang ada dalam organisasi
tersebut sehingga budaya organisasi sebagai pemersatu budaya-budaya yang ada
pada diri individu untuk menciptakan tindakan yang dapat diterima dalam
organisasi.
1.2
Fungsi
Budaya Organisasi
Fungsi budaya pada umumnya sukar dibedakan dengan
fungsi budaya kelompok atau budaya organisasi, karena budaya merupakan gejala
sosial. Menurut Ndraha (1997 : 21) ada beberapa fungsi budaya, yaitu :
- Sebagai identitas dan citra suatu masyarakat
- Sebagai pengikat suatu masyarakat
- Sebagai sumber
- Sebagai kekuatan penggerak
- Sebagai kemampuan untuk membentuk nilai tambah
- Sebagai pola perilaku
- Sebagai warisan
- Sebagai pengganti formalisasi
- Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan
- Sebagai proses yang menjadikan bangsa kongruen dengan negara sehingga terbentuk nation – state
Sedangkan menurut Robbins (1999:294) fungsi budaya
didalam sebuah organisasi adalah :
- Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas
- Budaya berarti identitas bagi suatu anggota organisasi
- Budaya mempermudah timbulnya komitmen
- Budaya meningkatkan kemantapan sistem sosial
Membangun dan Membina Budaya Organisasi
Kebiasaan pada saat ini, tradisi, dan cara-cara umum untuk melaksanakan pekerjaan kebanyakan berasal dari apa yang telah dilaksanakan sebelumnya dan tingkat keberhasilan dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Ini membawa kita kepada sumber utama dari budaya sebuah organisasi yaitu para pendirinya
Para pendiri organisasi secara tradisional mempunyai
dampak yang penting dalam pembentukan budaya awal organisasi, karena para
pendiri tersebut adalah orang-orang yang mempunyai ide awal, mereka juga
biasanya mempunyai bias tentang bagaimana ide-ide tersebut harus dipenuhi.
Menurut Robbins (1999: 296) Budaya organisasi merupakan hasil dari interaksi
antara
- Bias dan asumsi pendirinya
- Apa yang telah dipelajari oleh para anggota pertama organisasi, yang dipekerjakan oleh pendiri
Tahapan-tahapan pembangunan budaya organisasi dapat
diidentifikasikan sebagai berikut : (Nimran , 2004: 137)
- seseorang (biasanya pendiri) datang dengan ide atau gagasan tentang sebuah usaha baru
- pendiri membawa orang-orang kunci yang merupakan para pemikir, dan menciptakan kelompok inti yang mempunyai visi yang sama dengan pendiri
- kelompok inti memulai serangkaian tindakan untuk menciptakan organisasi, mengumpulkan dana, menentukan jenis dan tempat usaha dan lain sebagainya
- orang-orang lain dibawa kedalam organisasi untuk berkarya bersama-sama dengan pendiri dan kelompok inti, memulai sebuah sejarah bersama
Begitu juga Nimran (2004: 138) menulis bahwa pembinaan
budaya organisasi dapat dilakukan dengan serangkaian langkah
sosialisasi berikut :
- seleksi pegawai yang obyektif
- penempatan orang dalam pekerjaannya yang sesuai dengan kemampuan dan bidangnya (the right man on the place)
- perolehan dan peningkatan kemahiran melalui pengalaman
- pengukuran prestasi dan pemberian imbalan yang sesuai
- penghayatan akan nilai-nilai kerja atau lainnya yang penting
- cerita-cerita dan faktor organisasi yang menumbuhkan semangat dan kebanggaan
- pengakuan dan promosi bagi karyawan yang berprestasi
2.
Tipologi
Budaya Organisasi
Ada beberapa
tipologi budaya organisasi. Kotter dan Heskett (1998) mengkategorisasi jenis
budaya organisasi menjadi tiga yaitu budaya kuat dan budaya lemah; budaya yang
memiliki kecocokan strategik; dan budaya adaptif. Organisasi yang berbudaya
kuat biasanya dapat dilihat oleh orang luar sebagai memilih suatu gaya
tertentu. Dalam budaya organisasi yang kuat ini nilai-nilai yang dianut bersama
itu dikonstruksi ke dalam semacam pernyataan misi dan secara serius mendorong
para manajer untuk mengikutinya. Karena akar-akarnya sudah mendalam, gaya dan
nilai budaya yang kuat cenderung tidak banyak berubah walaupun ada pergantian
pimpinan.
Sejalan
dengan itu, Robbins (1990) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan budaya yang
kuat adalah budaya di mana nilai-nilai inti dipegang secara intensif dan dianut
bersama secara meluas. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti dan
makin besar komitmen mereka pada nilai-nilai itu, maka makin kuat pula budaya
tersebut. Sebaliknya organisasi yang berbudaya lemah, nilai-nilai yang dianut
tidak begitu kuat sehingga jatidiri organisasi tidak begitu menonjol dan
kemungkinan besar nilai-nilai yang dianut pun berubah setiap pergantian
pimpinan atau sesuai dengan kebijakan pimpinan yang baru.
Jenis budaya
yang cocok secara strategik memiliki perspektif yang menegaskan tidak ada resep
umum untuk menyatakan seperti apa hakikat budaya yang baik itu, hanya apabila
“cocok” dengan konteksnya. Konteks itu dapat berupa kondisi objektif dari
organisasinya, segmen usahanya yang dispesifikasi oleh strategi organisasi atau
strategi bisnisnya sendiri. Konsep kecocokan sangat bermanfaat khususnya dalam
menjelaskan perbedaanperbedaan kinerja jangka pendek dan menengah. Esensi
konsepnya mengatakan bahwa suatu budaya yang seragam tidak akan berfungsi. Oleh
karena itu, beberapa variasi dibutuhkan untuk mencocokan tuntutan-tuntutan
spesifik dari bisnis-bisnis yang berbeda itu.
Budaya
adaptif didasari pemikiran bahwa organisasi merupakan sistem terbuka dan
dinamis yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Untuk dapat
meraih sukses dalam lingkungan yang senantiasa berubah, organisasi harus
tanggap terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, dapat membaca
kecenderungan-kecenderungan penting dan melakukan penyesuaian secara cepat.
Budaya organisasi adaptif memungkinkan organisasi mampu menghadapi setiap
perubahan yang terjadi tanpa harus berbenturan dengan perubahan itu sendiri.
Selanjutnya, Luthans (1992) memaparkan karakteristik
budaya organisasi sebagai berikut:
- Peraturan-peraturan perilaku yang harus dipenuhi
- Norma-norma
- Nilai-nilai yang dominan
- Filosofi
- Aturan-aturan
- Iklim organisasi.
Semua
karakteristik budaya organisasi tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya, dalam arti bahwa unsur-unsur tersebut mencerminkan budaya yang
berlaku dalam suatu jenis organisasi, baik yang berorientasi pada pelayanan
jasa maupun organisasi yang menghasilkan produk barang.
Robbins
(1990) mengemukakan 10 karakteristik budaya organisasi, yaitu:
- Inisiatif individu
- Toleransi terhadap risiko
- Pengarahan
- Integrasi
- Dukungan manajemen
- Pengawasan
- Identitas
- Sistem penghargaan
- Toleransi terhadap konflik
- Pola komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Moeljono,Djokosantoso.Dr.2005.
Budaya Organisasi dalam Tantangan.Jakarta:Elex
Media Komputindo.
Gea Atosokhi Antonius dan antonina panca yuni
wulandari : 2005.
Luthans Fred,
(2006), Perilaku Organisasi, Andi Yogyakarta.
Sutrisno
Edy, (2010), Budaya Organisasi, Kencana Prenada Media Group Jakarta.
04-07-2013. 16:30.
04-07-2013. 17:08.
04-07-2013. 19:45.
0 comments:
Post a Comment